The History Of Harbour Wave Banda Aceh

Sejarah tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 disebabkan gempa tektonik bawah laut. Dampak tsunami Aceh tersebut menyebabkan berbagai masalah dan memerlukan waktu pemulihan yang lama. Jumlah korban tsunami Aceh 2004 mencapai kurang lebih 250.000 jiwa. Aceh pernah mengalami salah satu bencana alam paling mematikan di abad modern ini. Pada 26 Desember 2004 pukul 07.59 WIB, gempa bumi dengan Magnitudo 9.1-9.3 Mw menjangkau tempat terjauh dari pantai timur Benua Afrika. Gempa yang berpusat di barat perairan Aceh tersebut berada di kedalaman sekitar 10 km. 

Dilansir laman Portal Literasi Sejarah Bencana (BNPB), gempa bumi Aceh 2004 kemudian menyebabkan terjadinya gelombang tsunami besar. Gelombang pertama datang pukul 08.42 WIB (44 menit setelah gempa bumi). Gelombang kedua tiba pukul 08.53 WIB (lebih besar daripada gelombang pertama). Gelombang ketiga datang pukul 09.15 WIB (gelombang paling besar). Website Antara menuliskan bahwa Daryono selaku Koordinator Bidang Mitigasi dan Gempa Bumi BMKG menjelaskan bahwa gempa bumi Aceh 2004 tidak terjadi tiba-tiba. Namun, melalui proses gempa pembuka yang terjadi di Kabupaten Simeulue dengan Magnitudo 7,0 pada 2 November 2002.

Semenjak gempa Simeulue 2002 silam, serangkaian gempa kecil terus terjadi. Puncak serangkaian gempa beruntun tersebut adalah gempa bumi Aceh yang berkekuatan Magnitudo 9.1-9.3 Mw pada 24 Desember 2004.

Dampak tsunamu aceh

​​Tsunami Aceh 2004 berdampak pada banyak sektor hingga korban jiwa di beberapa negara. Namun, wilayah yang mendapatkan dampak paling besar dari tsunami dan gempa bumi Aceh 2004 adalah Banda Aceh. 

Dikutip dari buku Aceh Pasca Lima Belas Tahun Tsunami: Kilas Balik dan Proses Pemulihan (2019) oleh Syamsidik dkk, berikut ini jumlah korban meninggal atau hilang per jiwa beberapa negara:
  • Indonesia mencapai 173.741 orang

  • Sri Lanka mencapai 35.322 orang

  • India mencapai 16.279 orang

  • Thailand mencapai 8.212 orang

  • Afrika Timur mencapai 303 orang

  • Maladewa 108 orang

  • Malaysia 76 orang

  • Myanmar 61 orang

  • Bangladesh 2 orang

Beberapa dampak selain korban jiwa di antaranya infrastruktur hingga air bersih. Katalog Tsunami Indonesia Tahun 416-2017 (2018) keluaran Kedeputian Bidang Geofisika BMKG, menuliskan beberapa dampak selain korban jiwa, yakni: 

Sebagian besar jalan raya Banda Aceh-Meulaboh tergerus tsunami.
Beberapa jembatan di Banda Aceh hancur.
Beberapa pelabuhan besar maupun kecil di Banda Aceh mengalami kerusakan namun masih bisa digunakan.

Nah, berikut tempat yang dapat kamu kunjungi untuk mengenang tsunami Aceh tahun 2004 silam: 

1. Masjid Raya Baiturrahman

Tempat di Aceh yang populer serta dapat mengenang tsunami silam dan paling wajib kamu kunjungi adalah Masjid Raya Baiturrahman. Masjid Raya Baiturrahman merupakan salah satu ikon dari wisata religi yang berada di Aceh. Masjid ini dibangun pada tahun 1612 pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Namun ada pula yang mengatakan bahwa aslinya masjid ini dibangun pada tahun 1292 oleh Sultan Alaidin Mahmudsyah.

Dalam perkembangannya, Masjid Raya Baiturrahman tidak hanya menjadi tempat untuk beribadah. Masjid ini juga sempat menjadi benteng pertempuran saat Kolonial Hindia Belanda menyerang Kesultanan Aceh pada 10 April 1873. Akibat pertempuran tersebut masjid ini sempat terbakar dan dibangun kembali setelah itu. 

sumber foto: (https://www.abc.net.au/news/2014-12-26/baiturrahman-mosque-atestament-to-acehs-surviv)


Masjid Raya Baiturrahman memiliki 7 kubah dan 8 menara dan menjadi masjid yang sangat megah. Masjid ini adalah salah satu bangunan yang tetap berdiri kokoh dan hanya mengalami kerusakan kecil saja. Pasca tsunami Aceh 2004, masjid ini kembali direnovasi karena mengalami kerusakan yang tidak terlalu parah pada beberapa bangunannya.


Untuk mengenang bagaimana dahsyatnya tsunami saat itu, pengurus masjid sengaja menyisakan satu bagian di pojok tenggara masjid yang masih terlihat hancur. Bagian itu hanya ditutupi dinding kaca yang ditempeli foto-foto kondisi masjid sesaat setelah terkena tsunami. Di dalamnya tampak masih ada bongkahan batu karang dan batu-batu koral yang berserakan di atas pasir. Ada pula satu tiang masjid yang dibiarkan roboh.

sumber foto: www.picswallpaper.com/gambar-masjid-raya-baiturrahman

Beberapa masyarakat yang ada di Aceh juga percaya bahwa tidak boleh ada bangunan yang lebih tinggi dari Masjid Raya Baiturahman hal ini untuk menghormati bangunan masjid tersebut.

2. Museum Tsunami


Museum Tsunami di pusat Kota Banda Aceh menjadi pengingat sekaligus monumen penghargaan bagi orang-orang yang telah berjuang untuk bertahan hidup dan berjuang melawan tsunami yang terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004. Museum ini dibuka gratis untuk umum. Pada wisata di Aceh ini kamu bisa melihat foto-foto serta kisah warga yang selamat dan keadaan tsunami pada waktu itu. Di sini juga terdapat daftar nama-nama korban dari bencana ini.


Saat memasuki museum kalian akan berjalan masuk melalui sebuah lorong yang sempit dan gelap yang terletak di antara dua dinding air yang tinggi, hal ini membuat kalian merasakan nuansa atau aura ketika tsunami terjadi.





di Museum Tsunami kamu juga dapat melihat beberapa miniatur miniatur kejadian sebelum dan saat terjadinya tsunami serta benda-benda yang terkena tsunami, nah Museum Tsunami ini menyimpan sekitar 6.038 koleksi. Koleksi tersebut dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu koleksi etnografika, arkelogika, biologika, teknologika, keramonologika, seni rupa, numismatika dan heraldika, geologika, filologika, serta historika dan ruang audio visual. 

Koleksi ini tidak dipamerkan secara serentak, ada beberapa yang nantinya diadakan dalam pameran temporer, jadi bagi pengunjung juga dapat menyaksikan semuanya secara bersamaan. Pengelola museum merotasi koleksi setiap enam bulan sekali. Dalam satu pameran, terdapat sekitar 1.300 koleksi yang tersebar di tiga titik, yaitu rumah Aceh, pameran temporer, dan ruang pameran tetap.

sumber foto: https://idea.grid.id/read/09898310/ada-sumur-doa-sedalam-32-meter-begini-isi-museum-tsunamiaceh-karya-ridwan-kam

Lalu ada ruangan bernama "The Light of God/Sumur doa" yang terdapat ratusan ribu nama korban dari bencana Tsunami Aceh. di saat kita memasuki ruangan ini terdengar lantunan ayat suci Al-Qur’an. Dan pada bagian atas ruangan ini derdapat kaligrafi berupa tulisan “Allah” sebagai penginat bawa para korban dari tsunami Aceh ini akan kembali kepada Allah, di dalam ruangan ini kalian akan merasakan perasaan yang campur aduk seperti merinding dan sedih secara bersamaan.




Desain dari museum tsunami ini memiliki nama Rumoh Aceh as Escape Hill dengan ide dan inspirasi dari rumah tradisional masyarakat Aceh, Pembangunan museum ini tidak hanya sebagai bangunan memorial saja. Lebih dari itu, museum Tsunami Aceh juga menjadi pusat penelitian, tempat edukasi, dan juga sebagai simbol kekuatan masyarakat Aceh dalam menghadapi bencana tsunami.

3. Kapal Apung Lampulo



Tempat di Aceh yang dapat membuat anda mengenang tsunami di aceh selanjutnya yaitu Kapal Apung Lampulo. Kapal Apung Lampulo merupakan salah satu jejak dahsyatnya tsunami yang menimpa Aceh pada tahun 2004 silam.

Kapal Apung Lampulo, menjadi saksi bisu kedahsyatan Tsunami yang pernah melanda Aceh dimana Kapal nelayan ini bisa Terseret Tsunami ribuan Meter bahkan hingga Sampai Keatap Rumah warga. Menurut pengeola, Saat terjadinya Tsunami, Kapal Apung inilah yang kemudian akhirnya menyelamatkan pemilik rumah dan warga setempat dari terseretnya arus yang maha dahsyat itu.

Mungkin jika tidak ada Kapal Apung yang datang keatap rumahnya ini, pemilik rumah dan beberapa warga sudah menjadi korban Tsunami. Nah, Karena sudah dianggap menolong pemilik rumah dan warga Lampoulo akhirnya Kapal ini menjadi pengingat kedahsyatan Tsunami dan menjadi salah satu objek wisata dikota Banda Aceh.



4. Museum PLTD Apung

Tak hanya kapal nelayan Lampulo yang menjadi saksi bisu kedahystan Tsunami yang kini dijadikan museum. Ada kapal lainnya yakni kapal milik PLTD Apung yang juga terseret kedaratan hingga kini menjadi sebuah museum.


Kapal PLTD adalah kapal generator listrik milik PLN di Banda Aceh, Indonesia, yang saat ini dijadikan tempat wisata, yang dikenal dengan nama Kapal Apung. Bayangkan saja, Kapal yang memiliki luas sekitar 1.900 Meter Persegi, dengan panjang mencapai 63 Meter dan Kapal berbobot 2.600 ton bisa terseret Tsunami hingga kedaratan. Sebenarnya lokasi Kapal yang berbobot 2.600 ton ini sebelumnya berada di laut tepatnya di pelabuhan penyeberangan Ulee Lheuh. Namun kapal ini terseret 2,4 km ke daratan akibat gempa bumi dan gelombang tsunami setinggi 9 meter.


Kisah ini tak sebatas menjadi simbol hebatnya gelombang tsunami namun menjadi simbol bahaduri di tengah bencana yang tak terperikan. Setelah masa pemulihan akibat bencana tsunami, kapal yang semula berfungsi sebagai pembangkit listrik tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Kemudian, Pemerintah Aceh menyulap kapal tersebut menjadi Museum PLTD Apung sebagai tempat wisata pasca Tsunami. Hal ini bertujuan agar generasi selanjutnya dapat menyaksikan efek dahsyat yang ditimbulkan oleh kejadian tersebut dan pengingat sejarah bencana yang pernah terjadi.

Museum PLTD Apung dapat dikunjungi Pukul 09.00 - 17.30 WIB, namun uniknya lokasi wisata ini ditutup setiap pelaksanaan ibadah shalat zuhur dan ashar agar pengunjung melaksanakan ibadahnya terlebih dahulu baru kemudian melanjutkan wisatanya. Adapun biaya untuk masuk ke dalam lingkungan museum ini adalah seikhlasnya, disediakan kotak amal didepan pintu masuk yang nantinya seluruh uang yang terkumpul diserahkan kepada pengelola masjid Punge Blang Cut untuk proses pembangunan masjid.








Komentar

Postingan Populer